
Yogya kembali menggelar event internasional. Awal November lalu yogya menjadi tuan rumah penyelenggaraan ‘7th Asean Traditional Textile Symposium 2019’. Para pakar dari berbagai negara seperti Malaysia ( bahkan istri Yang Dipertuan Agung sendiri hadir dalam acara ini dan aktif berkomentar ) Korea, Jepang, Singapore, Kuwait, Australia, mengikuti simposium 2 hari yang diselenggarakan panitia. Sebelumnya para tamu negara ini dijamu oleh pihak Kasultanan maupun Pakualaman dengan jamuan dan pertunjukan tari tradisional.
Berbagai pakar tekstil tradisional dari berbagai negara itu berbagi ilmu, memberikan pemaparan sejarah dan perkembangan tekstil tradisional di negara masing masing.
Yayasan Traditional Textiles Arts Sosiety of South East Asia ( TTASSEA) merupakan perkumpulan masyarakat pencinta tekstil Asia Tenggara nirlaba yang terdiri dari para akademisi, perajin, para kolektor dan pelaku aktif yang mengupayakan pelestarian dan pengkonservasian tekstil tradisional Asia Tenggara. Simposium mengenai hal ini pertama kali diselenggarakan di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta pda 6 Desember 2005. Tahun 2019 merupkan simposium yang ke 7.
Dibuka oleh GKR Hemas, serta tuan rumah acara ini, GKBRAA Paku alam, President Traditional Textile Arts Society of South East Asia, acara ini berhasil memberi berbagai gambaran kemajuan tekstil tradisional dari berbagai negara yang dibawakan oleh para pakar negara tersebut.
Yang membanggakan adalah dari negara kita sendiri banyak generasi muda yang berminat dalam pengembangan tekstil atau kain hasil negeri sendiri. Dengan kreativitas dan cara mengikut sertakan teknologi masa kini mereka bangkit memberikan gambaran yang menggembirakan dalam pendekatan baru pengembangan kain atau tekstil Nusantara. Salah satunya adalah Dewi, dosen muda cantik dari ISI Bali. Pemaparannya dalam memberikan pendekatan baru yang berkaitan dengan penelitiannya tentang kain kain di Bali menarik. Muda usia dan tekun berkaryua, Semoga banyak generasi muda yang fokus dan serius dalam kekayaan wastra negeri sendiri